Kamis, 15 Januari 2015

Penyebar Semangat Pertanian dari Rendang
Kompas, Senin 1 Desember 2014

Oleh Ayu Sulistyowati

I Gusti Ngurah Alit (53) merupakan warga Banjar Palak, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali. I Gusti merupakan seorang petani yang sukses. Namun semua usaha yang ia capai penuh lika liku pada tahun 2000 an beliau mencoba bertani cabai dengan biaya 4jt dan di tambah uang pinjaman. Dan beliau belajar sampai ke sejumlah petani di Kintamani.

Usaha ini yang beliau kerjakan tidak pernah di sentuh oleh warga lain karena kebanyakan warga lain bertani sayur, buah-buahan dan hanya dikerjakan ala kadarnya . Usaha cabai ini di lakukan beliau dengan secara otodidak serta bertanya kepada para petani lain yang ia temui. Tahun kedua para petani yang lain mulai tertarik dan mulai menanam cabai. Dan tadinya desa yang banyak pengangguran dan petani serabutan kini memiliki pekerjaan yang pasti dan mengolah lahan pertaiannya masing-masing.
Selain itu beliau juga bersahabat dengan para “hama”  adanya tikus di lahan pertanian dan ia mengambil tikus tersebut dan di cat warna merah dan di lepas lalu semua tikus yang lain pun takut. Serta para petani yang lain dapat membedakan kualitas terbaik dan biasa. Kini usaha nya tesebar di pasar tradisoanal di Bali dan dapat bersaing dengan baik.

Sedikit melihat lebih dalam bapak Gusti menjajaki pendidikan sampai kelas III SD dan keluarganya berlatar belakang petani. Dan bapak Gusti memiliki 3 anak dan sang istri bernama I Gusti Ayu Artini. Bapak Gusti juga memiliki penghargaan yaitu Petani Teladan Tingkat Nasional Tahun 2009, Pemangku Ketahanan Pangan Adhikarya Pangan Nusantara 2013. Beliau pun tak pernah lelah untuk mengajak para pemuda di desanya untuk mengangkat cangkul.


” Biarlah waktu berjalan. Saya tetap ingin hidup sebagai petani. Saya ingin semua orang tahu, petani Bali itu masih ada dan berjaya bersama peristiwa . Mereka juga bisa sejahtera karena jerih payah. Petani Bali bisa bersaing. Kami ada dan berusaha tetap ada”,  kata Gusti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar