Apa itu Critical Thingking?
Critical
Thingking (berfikir kritis) merupakan proses mental untuk menganalisis atau
mengevaluasi informasi. Informasi yang didapatkan dari hasil pengamatan,
pengalaman, akal sehat atau komunikasi. Belajar untuk berpikir kritis berarti
menggunakan proses-proses mental, seperti memperhatikan, mengkategorikan,
seleksi, dan menilai/memutuskan.
Definisi Critical Thingking
Definisi dari beberapa para ahli:
Ø Schafersman
(1991), menyatakan bahwa berfikir kritis adalah berfikir dengan benar
berdasarkan pengetahuan yang relevan dan reliable, atau cara fikir yang
beralasan, relfektif, bertanggung jawab, dan mahir.
Ø John
Dewey (2001), menjelaskan bahwa critical thingking adalah pertambangan yang
aktif dan tepat serta berhati-hati atas keyakinan dan keilmuan untuk mendukung
kesimpulan.
Ø Fisher
(2001), menyatakan bahwa critical thingking adalah kegiatan berfikir yang
beralasan dan reflektif yang memfokuskan pada apa yang diyakini dan apa yang
akan dilakukan.
Ø The
APA concensus definition (1996), sebagai keputusan yang memiliki tujuan dan
dilakukan sendiri oleh pelaku kegiatan berfikir, sebagai hasil dari kegiatan
interpretasi, analisis, evaluasi dan inferensi serta penjelasan dari
pertimbangan yang didasarkan pada bukti, konsep, metodologi, kriteriologi dan
kontekstual, yang kemudian melandasi keputusan yang dibuat oleh orang tersebut.
Ø Facione
(2004), menjelakan bahwa cognitive skill, bagian penting dalam kegiatan
berfikir kritis adalah interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, penjelasan
dan pengaturan pengelolaan diri.
Hal-hal yang harus diajarkan dalam
Critical Thingking
Duldt-Battey (1997) menjelaskan terdapat
3 tingkatan berfikir kritis, yaitu:
1) Tahap
Verbal, tahap yang paling superfisial, karena mahasiswa hanya menyatakan atau
memberi definisi atas sesuatu. Jadi mahasiswa menyampaikan pengetahuannya dan
definisi-definisi yang ia ketahui dengan kata-kata dan dosen yang baik harus
mendengarkan mahasiswa mengenai apa pemahamannya terhapad materi.
2) Tahap
Membaca, tahap ini agak lebih sulit dari tahap verbal, karena tahap ini siswa
diharuskan memahami bagaimana seseorang menjelaskan sesuatu dan dosen harus
mengetahui bagaimana siswa meniterpretasikan apa yang telah dibacanya.
3) Tahap
Menulis, tahap ini tahap yang paling sulit. Pada tahap ini mahasiswa harus
mampu menuliskan apa yang difikirkannya dan mempresentasikannya dalam bentuk
yang bisa dipahami oleh orang lain. Sebagai dosen harus memeriksa struktur dan
isi substansi tulisan serta presentasi mahasiswa atas tulisan tersebut secara
oral.
SUMBER: http//www.fkunissula.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar