Kamis, 23 Oktober 2014

Berjuang Menyingkap Kegelapan

"Heaven!" Begitu komentar banyak orang tentang Bali. Sisi gelap lenyap di permukaan panorama surgawi. Tak terlalu jauh dari ingar-bingar kawasan wisata, penderita gangguan jiwa berat dikucilkan di ruang-ruang sempit dan meruakkan anyir. 
OLEH MARIA HARTININGSIH & COKORDA YUDISTIRA

http://www.thebalitimes.com/wp-content/uploads/2010/08/OD-23.jpg

LUH KETUT SURYAN
  • Lahir: Singaraja, Bali, 22 Agustus 1944
  • Suami: Prof Dr dr Tjokorda Alit Kamar Adnyana, SpFK
  • Anak: 6 dan 16 cucu
  • Penvapaian: Pernah memegang berbagai jabatan, menjadi anggota organisasi dokter dan ahli jiwa dalam dan luar negeri. Ia mendapatkan lebih dari 10 penghargaan,termasuk untuk membebaskan dan mengobati pasien gangguan jiwa yang dipasung.
  • Karya buku: Lebih dari 20 buku dan puluhan tulisan dalam antologi dan jurnal internasional tentang keterkaitan spiritualitas, kebudayaan, agama, kesehatan mental, pola asuh dan perubahan sosial. Ia memberi bimbingan meditasi dan relaksasi gratis untuk masyarakat.  
"Telah begitu lama mereka dengan gangguan jiwa berat dibiarkan tanpa penanganan," tutur Prof Dr dr Luh Ketut Suryani, SpKJ (K) (70).
Berdasarkan survei Suryani Institute for Mental Health (SIMH) tahun 2008 di Kabupaten Karangasem, Kabupaten Buleleng dan Kecamatan Denpasar Timur, diperkirakan 7.000 orang di Bali mengalami gangguan jiwa berat, 300-an dipasung. Jumlah itu menjadi 9.000 pada tahun 2010, atau 2,3 per 1.000 penduduk. Jumlah itu lebih rendah daripada rata-rata nasional 4,6 per 1.000 penduduk. Dari 18.000 orang dengan gangguan jiwa berat yang dipasung di Indonesia, 350 orang berada di Bali.

Disangkal
Namun, kenyataan muram itu banyak disangkali, bahkan ketika foto-fotonya dipapar dalam Pameran Foto  Internasional "Terpasung di Pulau Surga: Air Mata Lensa, Membaca Mereka yang Terpasung",beberapa waktu lalu di Denpasar.
Seluruh upaya Suryani berawal dari survei tentang bunuh diri di Bali. "Hasil survei kami tahun 2005, hnya 10 kasus bunuh diri, itu pun jarang memakai tali. Namun, setelah bom Bali tahun 2006, ada 180 kasus gantung diri. Kasus bunuh diri terbanyak disebabkan gangguan jiwa berat.
Survei itu dia lanjutkan. Berdasarkan penelitian doktoralnya, Suryani memperkirakan jumlah orang dengan gangguan jiwa sekitar 50 orang. Ternyata, "Di Karangasem kami temukan 855 orang dengan gangguan jiwa berat. Di Buleleng dan Denpasar ditemukan 120 orang dari 120.000 penduduk," kata Suryani yang waktu penelitiannya pun molor dari dua bulan menjadi 10 bulan.

Suryani berkata seharusnya Hospital based sudah ditinggalkan. "Community based treatment lebih efektif. kami mendidik masyarakat, pasien, dan keluarga untuk mengenali tanda dini akan kumat. Selain itu, on call tetap jalan, obat seminimal mungkin karena pasti ada efek samping, kecuali dalam keadaan gawat." Perjuangan keras suryani untuk mendapatkan perhatian pemerintah setelah hasil survei disampaikan tak membuahkan hasil. "mereka sebatas terkejut," kenang suryani. "Pemerintah mendiskriminasi gangguan jiwa. Program lebih terpusat pada penyakit fisik."

Dengan adanya bantuan dana Rp 1 miliar dari Gubernur bali Mangku Pastika, tahun 2009 suryani dan tim membantu 326 orang, dengan lama sakit yang berulang antara 5-40 tahun. "Sebagai psikiater, saya lihat hasilnya mngejutkan karena 31% pasien sembuh tanpa obat, 3% tidak ada perbaikan, dan 66% membaik, tetapi masih perlu obat." kata suryani. Namun, karena banyak komentar negatif bantuan dana harus dipotong. Dan setelah sebulan kemudian dana dipotong 90%. ungkapnya "saya hanya bisa menangani yang sangat serius, tetapi enam bulan kemudian sebagian besar kambuh." Dari 684 pasien yang ditanganinya, 37% sembuh tanpa obat, 62% membaik, tetapi masih perlu obat, dan 1% tak ada perubahan.

Suryani dikenal sebagai sosok kontroversial. Ia berani melawan apapun karena punya pijakan kuat yang didasari penelitian panjang. Metodenya yang dulu dicibir kini terjelaskan secara ilmiah, khususnya tentang bio psikospirit-sosio budaya dan hipnosis yang sempat membuat dia dituduh sebagai dukun. Ia menolak peraturan menangani pasien hanya diruang praktek. Suyani yang mengambil speialisasi kedokteran jiwa karena ingin mempelajari diri sendiri menuturkan, pengalamannya melakukan memory reframing ingin ia tularkan kepada orang lain.


Sumber: Harian Kompas, Kamis 23 Oktober 2014


FALLACIES

-Arthur Schopenhauter
Argumen yang premisnya tidak mendukung kesimpulan adalah salah satu hal yang dapat menyebabkan timbulnya kesimpulan. Dalam kasus semacam ini penalaran buruk, serta argumen dikatakan ‘keliru’. Sebuah ‘kesalahan’ yang tidak benar  dalam penalaran. Oleh karena itu dapat kita simpulkan definisi fallacy sebagai jenis argumen yang mungkin tampak benar, namun pada kenyataannya tidak seperti itu.
Kesalahan-kesalahan Dari Relevansi
Ketika argumen bergantung pada premis yang tidak relevan dengan kesimpulan, maka tidak akan mungkin untuk kita membangun sebuah kebenarannya. Kekeliruan berkomitmen adalah salah satu relevansi.
Kesalahan-kesalahan Dari Anggapan
Ketika asumsi meragukan seperti terkubur dalam argument, sangat memungkinkan kita untuk  mendukung sebuah kesimpulan argumen yang buruk dan dapat menyesatkan. Hal semacam ini disebut kesalahan-kesalahan dari sebuah anggapan. Hal ini seharusnya dapat ditanggulangi dengan berfikir kritis agar seseorang tidak keliru dalam menyimpulkan sebuah argument.
Kesalahan-kesalahan Dari Ambiguitas
Arti kata-kata atau kalimat bisa berubah akibat kurangnya perhatian, atau mungkin sengaja dimanipulasi. ketika kesimpulan yang ditarik bergantung pada perubahan tersebut, tentu saja akan menyesatkan. Kesalahan ini disebut ‘kesalahan-kesalahan dari ambiguitas.
Source :

Copi, I. M., & Cohen, C. (1998). Introduction To Logic. Prentice – Hall, Inc.

LOGIC

Logic adalah berfikir berdasarkan LOGIKA dan mengikuti ketentuan-ketentuan dan dalil dalil yang VALID

Cara berpikir secara logis terbagi dua, yaitu : induksi dan deduksi
Induksi merupakan suatu cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
Deduksi adalah suatu cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.

          Contoh suatu pemikiran induksi :
fakta memperlihatkan : kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, begitu pula singa, kucing dan binatang-binatang lainnya. Secara induksi dapat disimpulkan secara umum bahwa: semua binatang mempunyai mata.

Contoh suatu pemikiran deduksi :
          contoh berikut memakai pola berpikir yang dinamakan silogismus, suatu pola berpikir yang sering dipakai dalam menarik kesimpulan secara deduksi.
§  Semua mahluk mempunyai mata           (Premis mayor)
§  Si Polan adalah seorang mahluk  (Premis minor)
§  Jadi si Polan mempunyai mata     (Kesimpulan)

Sumber: https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0CDkQFjAE&url=http%3A%2F%2Fwww.unhas.ac.id%2Frhiza%2Farsip%2Fmystudents%2Fdebbie%2Flogic.ppt&ei=AtNIVOu_HJe68gW-jYLYBQ&usg=AFQjCNGzueKIDjPcyA8yHvyU_OUQ5K_JhQ&sig2=tMA0l8HZclV5PzfQabPwmA


CRITICAL THINKING

Apa itu Critical Thingking?
            Critical Thingking (berfikir kritis) merupakan proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi yang didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi. Belajar untuk berpikir kritis berarti menggunakan proses-proses mental, seperti memperhatikan, mengkategorikan, seleksi, dan menilai/memutuskan.

Definisi Critical Thingking
Definisi dari beberapa para ahli:
Ø  Schafersman (1991), menyatakan bahwa berfikir kritis adalah berfikir dengan benar berdasarkan pengetahuan yang relevan dan reliable, atau cara fikir yang beralasan, relfektif, bertanggung jawab, dan mahir.
Ø  John Dewey (2001), menjelaskan bahwa critical thingking adalah pertambangan yang aktif dan tepat serta berhati-hati atas keyakinan dan keilmuan untuk mendukung kesimpulan.
Ø  Fisher (2001), menyatakan bahwa critical thingking adalah kegiatan berfikir yang beralasan dan reflektif yang memfokuskan pada apa yang diyakini dan apa yang akan dilakukan.
Ø  The APA concensus definition (1996), sebagai keputusan yang memiliki tujuan dan dilakukan sendiri oleh pelaku kegiatan berfikir, sebagai hasil dari kegiatan interpretasi, analisis, evaluasi dan inferensi serta penjelasan dari pertimbangan yang didasarkan pada bukti, konsep, metodologi, kriteriologi dan kontekstual, yang kemudian melandasi keputusan yang dibuat oleh orang tersebut.
Ø  Facione (2004), menjelakan bahwa cognitive skill, bagian penting dalam kegiatan berfikir kritis adalah interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, penjelasan dan pengaturan pengelolaan diri.
Hal-hal yang harus diajarkan dalam Critical Thingking
Duldt-Battey (1997) menjelaskan terdapat 3 tingkatan berfikir kritis, yaitu:
1)      Tahap Verbal, tahap yang paling superfisial, karena mahasiswa hanya menyatakan atau memberi definisi atas sesuatu. Jadi mahasiswa menyampaikan pengetahuannya dan definisi-definisi yang ia ketahui dengan kata-kata dan dosen yang baik harus mendengarkan mahasiswa mengenai apa pemahamannya terhapad materi.
2)      Tahap Membaca, tahap ini agak lebih sulit dari tahap verbal, karena tahap ini siswa diharuskan memahami bagaimana seseorang menjelaskan sesuatu dan dosen harus mengetahui bagaimana siswa meniterpretasikan apa yang telah dibacanya.
3)      Tahap Menulis, tahap ini tahap yang paling sulit. Pada tahap ini mahasiswa harus mampu menuliskan apa yang difikirkannya dan mempresentasikannya dalam bentuk yang bisa dipahami oleh orang lain. Sebagai dosen harus memeriksa struktur dan isi substansi tulisan serta presentasi mahasiswa atas tulisan tersebut secara oral.


SUMBER: http//www.fkunissula.ac.id

Kamis, 16 Oktober 2014

Peraih Nobel Ekonomi 2014



"Apakah ini perusahaan asuransi atau "hedge fund" (Pengelola dana investasi) demikian pernah mantan Gubernur Bank Central Amerika Serikat Ben Bernanke mengomentari perusahaan AIG.
Menjelang krisis ekonomi 2008, sejumlah Bank investasi AS, juga AIG, turut bermain spekulatif.
Akibatnya adalah kerugian besar yang memaksa negara memberikan dana talangan besar."
(Oleh : SIMON SARAGIH ) 
 Kompas , 15 Oktober 2014


Biografi Jean Marcele Tirole













Ia sudah bersetatus menikah, dan lahir di Troyes, Perancis, 9 Agustus 1953. Dia mendapatkan jabatan Ketua Dewan Jean-Jacques Laffont Foundation di Tou-louse School of Economics, Anggota Kerhomataan American Economics Assosiaation, 1993 dan Dosen di Tou-louse School of Economics. Ia berpendidikan Lulus Sarjana teknik dari Ecole Polytechnique, Paris, 1976, Lulus Sarjana Ecole  Nationale des ponts et Chaussees, Paris, 1978, Lulus dokter matematika dari Dauphine University, Paris, 1978 dan Doktor Ekonomi dari Massachusetts Institute of Technology (MIT),AS 1981. dan ia mendapatkan penghargaan Hadiah Nobel Ekonomi 2014 atas analisis tentang "kekuatan pasar dan regulasi", Doktor Honoris Kuasa dari Free University di Brusseless,Belgia 1989, Menerima penghargaan Yrjo Jonhson dari European Economic Asociation 1993 dan menerima penghargaan Publlik Utiliti Research Center Distinguished Service Award (University of Florida) 1997

Sebelum krisis 2008, Jean Marcele Tirole(61) sudah mendalami sektor keuangan AS. Ketika kerisi ekonomi AS merebak tahun 2008,dia menganalisis sektor itu lagi. Tahun lalu,bernama Roland Benabou dari Princeton University,dia menulis tentang dampak kebijakan pemberian bonus besar yang mengacaukan sistem kerja perusahaan,mendistorsi dengan manajemen,dan menybabkan kerugian signifikan dalam jangka panjang. Tirole tercengan,betapa industri keuangan AS berjalan tanpa aturan. Pada tahun 2012,kepada media Prancis,Tirole mengatakan rasa heran betapa otoritas AS mendukung bank investasi hanya karena alasan tidak memiliki deposan kecil sehingga tidak wajib terkena peraturan bisnis.

Persaingan itu diperlukan

Diluar Industri keuangan,Tirole juga menganalisis sektor industri lain,ada aksi pemblokiran pendatang baru. Dengan demikian,ada perusahaan yang eksis bertahan walau berkinerja buruk akibat pencegahan pendatang baru yang sebenarnya berpotensi produktif. Banyak induustri yang dikuasai oligopoli hingga monopoli dan menguasai dunia. 

Jika dibiarkan tanpa aturan,seringkali menghasilkan dampak sosial yang tidak diinginkan. Sejak pertenghan 1980-an dan seterusnya,Tirloe memberikan nafas baru pada riset bidang itu. Kebijakan pembatasan harga pada produk satu industri monopoli stik bisa mendorong perusahaan besar mengurangi biasa produksi. Ia mempersembahkan sebuah teori atau kerangka umum untuk merancang kebijakan di beberapa sektor industri,mulai dari telekomunikasi hingga perbankan. Ia memberi perintah pemahaman yang bertujuan mendorong perusahaan bekerja lebih produktif dan pada saat bersamaan mencegah penghancuran perusahaan persaingan dan konsumen. Atas alasan inilah,dia mendapatkan hadiah Nobel Ekonomi 2014 dan akan mendapat uang 8jt kronos swedia,setara 1,1jt dollar AS

Perancis Berjaya

Tirole berterimakasih kepada lingkungan,istri, dan ibunya. Tirole mengenang Laffont yang wafat 10 tahun lalu dan berperan sebagai seorang sahabat,mentor. Hadiah Nobel untuk Tirole membuat Perancis bahagia. Ini penghibur bagi negara yang sedang dilanda kelesuan ekonomi. Jangan salahkan Tirole jika Perancis sedang dilanda resesi. Tirole adalah warga Perancis kedua penerima Nobel Ekonomi setelah Maurice Felix Charles Allais (31 Mei  1911-9 Oktober 2010),penerima Nobel Ekonomi 1988. Modiano ,juga memberi hadiah kasustraan 2014. 

Sumber: Kompas , Rabu 15 Oktober 2014 
Gambar: http://www.andriewongso.com/files/uploads/articles/Jean%20Tirole,%20Peraih%20Nobel%20Ekonomi%202014_2014-10-14%2013:52:11_640x321-Jean%20Tirole.png

Kamis, 09 Oktober 2014

Menyibak Kerja Otak Oleh O'Keefe

"Kemampuan otak untuk mengidentifikasi lokasi, memetakan, dan menavi?asi mungkin bagi orang awam terlihat sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan tidak perlu penjelasan yang rumit. Namun, tidak dengan tiga ilmuwan neurosains, John O'Keefe, Edvard Moser, dan May-Britt Moser. Mereka berhasil mencari jawabannya secara ilmiah. Untuk temuan neurosains berharga itulah mereka dianugerahi Hadiah Nobel Kedokteran 2014."
Oleh: Adhitya Ramadhan
John O'Keefe serta pasangan suami istri Edvard dan May-Britt Moser telah mengungkapkan sistem kerja sel dalam otak yang mirip seperti global positioning system atau GPS.
Sistem dalam otak manusia akan mengolahnya sehingga seseorang dapat mengingat kembali lokasi yang pernah dia datangi atau menavigasi jalan. Oleh karena itu, hasil temuan menjadi pijakan awal bagi riset penyakit penurunan fungsi kognitif selanjutnya, seperti alzheimer. 


John O'Keefe 



















Nama: John O'Keefe
Lahir: New York City, Amerika Serikat, 1939
Kewarganegaraan: Amerika Serikat dan Inggris
Pendidikan: Mendalami psikologi fidiologis di McGill University, Kanada, 1967
Pekerjaan: Direktur Neural Circuits and Behaviour, The Sainsbury Wellcome Centre, University College London
Penghargaan: Kavli Prize dalam bidang neurosains dari Kavli Foundaction, Norwegia, Juni 2014

Pada akhir 1960-an, dia melakukan penelitian menggunakan metode neurofisiologi untuk menjawab keingintahuan tersebut. John O'Keefe sangat terksan pada cara otak manusia. Dia merekam sinyal otak dari bagian hippocampus pada tikus. Hasilnya pada 1971 di London O'Keefe menemukan sel yang dapat di identifikasi lokasi, pada hippocampus akan aktif di tempat tertentu. Dia lahir Harlem dan berdasarkan di selatan Bronx, New York City, Amerika Serikat. 

Sebelum mendalami neurosains selama 40 tahun terakhir O'Keefe pernah belajar tentang filsafat dan tekhnik. Dia sangat tertarik kepada penyakit Alzhaimer. O'Keefe kemudian menggeluti neurosains selama selama sepuluh tahun. O'Keefe yang memiliki dua kewarganegaraan, yaitu English dan Amerika Serikat, lahir pada1939 setelah meraih gelar doktoralnya dari McGill University pada 1967,dia memutuskan pindah ke Inggris dan bergabung dengan University Collage London. Dia kemudian dikukuhkan sebagai guru besar neurosains kognitif pada 1987. O'Keefe menjabat sebagai Direktur Neural Circuts n Behavior, the sains burry welcome center University Collage London.

Sumber: Kompas, 8 Oktober 2014